Untukmu, Pendaki Gunung yang Sederhana



1

Kamu yang Selalu Menemaniku di Setiap Pendakian, Momen yang Saat Itu yang Palingku Tunggu

Apalagi kalau bukan mendaki sebuah tempat yang selalu membuatku jatuh hati untuk terus berkunjung kesana. Tempat dimana aku selalu bersama denganmu, iya denganmu. Seseorang yang membuatku terpaku dan terdiam ketika dihadapanmu.
Seorang Pria sederhana yang membuatku bertahan walaupun tak pernah meminta. Hampir seluruh tempat tertinggi di Jawa sudah kau datangi, sebuah tempat yang selalu menjadikan dirimu apa adanya
"Minggu depan temen-temen ngajak gue ke Gunung Lawu, ikut yuk?!!"
Kau selalu dan selalu mengajakku untuk melihat indahnya tempat lahir kita, INDONESIA.

Kau yang Tak Pernah Suka Ketika Orang Lain Memuji Segala Tindakannya

Ya, aku jatuh hati pada pria sederhana dihadapanku ini. Pria yang selalu merendahkan dirinya dihadapan orang lain. Pria yang selalu bijaksana dalam rombongan pendakian. Pria yang selalu sabar dalam perjalanan. Pria yang selalu terlihat tangguh namun dia sangat lelah. Dan dia adalah pria yang selalu mengajak kawannya tidak lupa pada Sang Pencipta.
"udah waktu dzuhur, break 20 menit kita sholat sama istirahat sebentar"
Ujarmu yang kala itu matahari tepat di atas kepala kita saat pendakian 3142mdpl.

Kesederhanaannya yang Membuatku Selalu Percaya dengan Kata-Katanya.

Aku tak tahu mengapa aku bisa jatuh hati padamu, Kau sama sekali tak tampan, Kau hanya berkharisma. Kau tidak kaya akan harta, kau hanya memiliki hati yang tak ternilai. Kau bukan pria sempurna, Kau hanya pria biasa. Kau yang selalu mengingatkanku untuk selalu dan selalu peduli pada orang lain. Kau bukan berasal dari komunitas,organisasi atau yang berhubungan dengan pecinta alam, kau hanya seorang pria yang mencintai alam ini setulus hatinya.
"Jangan pernah sombong, kita hanya makhluk ciptaan-Nya yang sangat kecil. Tugas kita cuma ngejaga alam ini buat anak cucu kita nanti" 
Ucapanmu saat kita berada di Surya Kencana 2958mdpl.

Dia Tidak Bisa Menunjukkan Perhatiannya Layak Pria-Pria Lainnya.

“Hey, masih kuat?”dia selalu bertanya seperti itu ketika aku kelelahan
“Masih kok” jawabku.
Di sela-sela pendakian melewati jalur yang terjal, di mana lutut dan jidatku bertemu, dia selalu memberikan senyumannya, senyuman penyemangat bagiku.
Aku tak pernah mengerti, mengapa aku bisa jatuh cinta padanya? Aku tak bisa menemukan alasannya, yang kurasa hanya nyaman ketika berada di dekatnya. Nyaman walau hanya berada didekatnya

Dinginnya Angin Malam, Hiasan Bintang Dilangit dan Temaram Lampu Kota.

Ketika senja sudah tiba, kami bermalam mendirikan tenda di tempat yang paling indah. Kenapa? Karena ditempat itu kami bagaikan bermandikan cahaya.
Ketika pendakian, saat kepala kami menengadah kami hanya bisa melihat akar dari pohon-pohon besar yang membantu kami untuk terus melaju tapi kali ini kami melihat langit yang bertaburan jutaan bintang begitupun ketika kami melihat kebawah, hamparan lampu jalanan pantura dan kapal-kapal dilaut dilaut jawa terlihat. Allahu Akbar, Ya Allah terima kasih telah memberikan aku segalanya.
“Bagus 'kan?” ucapnya dia tiba-tiba disampingku
“Iya, bagus banget” aku sudah tak mampu untuk berkata-kata lagi.
Sang Maha Esa telah memberikan keindahan yang berlimpah. Terimakasih.

Maafkan Aku yang Masih Sering Menyusahkanmu

Aku memang tak sanggup untuk membawa carrier besar seperti pendaki wanita lainnya. Aku hanya bisa membuatkanmu makanan dan secangkir kopi hangat kesukaannya, kopi hitam yang tak terlalu manis.
Kau selalu mengucapkan “Kopinya enak, makasih yak”Kau selalu mengucapkan “Kopinya enak, makasih yak”
Saat itu aku hanya bisa diam ketika di depanmu.

Sumber : Hipwee.com

0 komentar: